Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, pada hari Kamis mengatakan bahwa penyeberangan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir kemungkinan akan dibuka kembali pada hari Minggu, menurut laporan harian Yedioth Ahronoth.
Ia mengklaim bahwa persiapan sedang dilakukan untuk membuka kembali terminal tersebut dalam beberapa hari mendatang, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan pada Kamis pagi bahwa Kairo sedang melakukan diskusi dengan Israel untuk membuka perbatasan “secara harfiah untuk membanjiri Gaza dengan makanan dan bahan bantuan,” mengingat situasi di wilayah tersebut telah mencapai tingkat yang “katastrofik.”
Penyeberangan Rafah “terbuka dari sisi Mesir 24/7,” tambahnya.
Satu-satunya jalur Gaza ke dunia luar
Penyeberangan perbatasan tetap ditutup pada hari Kamis dari sisi Palestina meskipun dijadwalkan dibuka kembali pada hari Rabu sebagai bagian dari fase pertama perjanjian gencatan senjata Gaza.
Sejak Mei 2024, tentara Israel telah memblokir pergerakan warga Palestina melalui penyeberangan perbatasan Rafah, satu-satunya jalur wilayah tersebut ke dunia luar yang tidak dikendalikan oleh Tel Aviv sebelum dimulainya perang Israel pada Oktober 2023.
Menurut media Israel, Tel Aviv menolak membuka kembali penyeberangan tersebut hingga mereka menerima sisa-sisa jenazah semua sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.
Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan sisa-sisa jenazah 10 sandera lainnya sebagai imbalan untuk hampir 2.000 tahanan Palestina berdasarkan kesepakatan gencatan senjata. Kelompok tersebut mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka sedang melakukan “upaya besar” untuk menemukan sisa-sisa jenazah sandera lainnya.
Kesepakatan gencatan senjata dicapai antara Israel dan Hamas minggu lalu, berdasarkan rencana yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump. Fase pertama mencakup pembebasan sandera Israel sebagai imbalan untuk tahanan Palestina. Rencana tersebut juga mencakup pembangunan kembali Gaza dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina di wilayah tersebut, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, serta membuat wilayah tersebut sebagian besar tidak layak huni.
