Seorang pakar hak asasi manusia PBB mengatakan bahwa perdamaian di Gaza hanya bisa terwujud melalui keadilan, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Ia memperingatkan bahwa gencatan senjata saat ini belum memiliki kerangka kerja yang jelas untuk keadilan transisi.
Bernard Duhaime, Pelapor Khusus PBB untuk Promosi Kebenaran, Keadilan, Pemulihan, dan Jaminan Ketidakberulangan, mengatakan pada Rabu bahwa penghentian serangan Israel di Gaza dan pembebasan sandera “memberi secercah harapan,” namun menegaskan bahwa perdamaian “adalah jalan yang harus ditempuh” dan “tidak bisa dipaksakan.”
“Perdamaian harus didasarkan pada komitmen yang jelas terhadap keadilan dan dibangun di atas pengakuan martabat semua pihak, melalui dialog inklusif dengan partisipasi penuh rakyat Palestina,” ujarnya.
Duhaime mengatakan, KTT Perdamaian Gaza pada Senin di Sharm el-Sheikh, Mesir, telah menumbuhkan harapan bagi perdamaian yang berkelanjutan, namun ia memperingatkan bahwa “tanpa peta jalan keadilan transisi yang jelas, rencana tersebut berisiko menjadi kesepakatan dangkal yang gagal menyembuhkan luka mendalam yang diderita generasi korban dan justru menimbulkan risiko baru bagi kawasan.”
Ia menyerukan pengungkapan kebenaran, akuntabilitas, pemulihan, serta jaminan agar kekerasan tidak terulang, menegaskan bahwa “pendudukan dan penindasan harus diakhiri sekarang juga” dan bahwa “penyelesaian abadi atas konflik semacam ini memerlukan komitmen berani terhadap keadilan.”
Ancaman dimulainya kembali genosida
Pernyataan Duhaime muncul saat Menteri Pertahanan Israel memperingatkan bahwa Israel dapat melanjutkan kembali serangannya di wilayah yang diblokade itu, dengan memerintahkan militer untuk menyiapkan “rencana untuk menghancurkan” Hamas.
“Jika Hamas menolak mematuhi kesepakatan, Israel—bekerja sama dengan Amerika Serikat—akan kembali berperang untuk sepenuhnya mengalahkan Hamas, mengubah situasi di Gaza, dan mencapai seluruh tujuan perang,” demikian pernyataan dari kantor Israel Katz.
Presiden AS Donald Trump juga mengatakan bahwa Israel dapat kembali ke Gaza untuk melanjutkan perang genosida “segera setelah saya memberi perintah.”
“Israel akan kembali ke jalanan itu begitu saya memberi perintah. Jika Israel bisa masuk dan menghancurkan mereka, mereka akan melakukannya,” kata Trump kepada CNN dalam panggilan telepon singkat, sambil menegaskan kembali bahwa Hamas harus menyerahkan senjatanya.
Tak lama kemudian, seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa Hamas berniat untuk tetap menghormati kesepakatan tersebut.
“Kami terus mendengar dari mereka bahwa mereka berniat menepati perjanjian itu. Mereka ingin melihat kesepakatan tersebut diselesaikan,” kata salah satu penasihat kepada wartawan secara anonim ketika ditanya apakah Hamas akan mematuhi kesepakatan itu.
“Ada banyak kekecewaan dan kemarahan ketika hanya empat jenazah yang dikembalikan, dan mereka bisa saja menyerah,” tambahnya.
“Tapi mereka mengembalikan jenazah pada hari berikutnya, dan hari berikutnya lagi, secepat kami memberikan informasi intelijen kepada mereka.”