Sisa bahan peledak yang belum meledak di Gaza menimbulkan risiko "sangat besar" bagi warga yang kembali ke rumah selama gencatan senjata yang dipimpin oleh AS, menurut peringatan dari LSM Handicap International.
Organisasi tersebut menyerukan agar peralatan yang dibutuhkan untuk operasi pembersihan ranjau dapat segera masuk ke wilayah tersebut.
"Risikonya sangat besar — diperkirakan 70.000 ton bahan peledak telah dijatuhkan di Gaza sejak awal perang," kata Anne-Claire Yaeesh, direktur organisasi tersebut untuk wilayah Palestina.
Handicap International adalah organisasi yang mengkhususkan diri dalam pembersihan ranjau dan memberikan bantuan kepada korban ranjau darat.
Sisa bahan peledak yang belum meledak, mulai dari bom atau granat yang tidak meledak hingga peluru sederhana, telah menjadi pemandangan umum di seluruh Gaza selama perang dua tahun yang melibatkan Israel.
"Lapisan puing-puing dan tingkat akumulasi sangat tinggi," kata Yaeesh.
Ia juga memperingatkan bahwa risiko ini diperburuk oleh sifat lingkungan yang "sangat kompleks", mengingat kawasan perkotaan Gaza yang padat dan ruang terbuka yang terbatas.
Pada bulan Januari, Layanan Aksi Ranjau PBB (UNMAS) memperkirakan bahwa antara lima hingga sepuluh persen dari amunisi yang ditembakkan ke Gaza belum meledak.
Gencatan senjata terbaru, yang merupakan yang ketiga sejak kekerasan dimulai, mulai berlaku pada hari Jumat.
UNMAS menyatakan bahwa sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, permintaan untuk keahlian teknis "melonjak", dan badan tersebut telah diminta untuk melakukan "berbagai misi kemanusiaan, termasuk ke area yang sebelumnya tidak dapat diakses."
Badan tersebut juga menyebutkan bahwa mereka memiliki tiga kendaraan lapis baja "di perbatasan yang menunggu untuk masuk ke Gaza" guna memungkinkan operasi pembersihan yang lebih aman dan berskala besar, tetapi masih menunggu otorisasi dari Israel untuk membawa peralatan yang diperlukan.