Presiden Türkiye, Recep Tayyip Erdogan, memulai tur tiga negara di kawasan Teluk mulai Selasa, menandakan ambisi Ankara untuk memperdalam jejak ekonomi dan strategis di wilayah tersebut di tengah dinamika regional yang berubah.
Tur ini dimulai di Kuwait, kemudian Presiden Erdogan akan mengunjungi Qatar dan Oman pada 22 dan 23 Oktober.
Direktur Komunikasi Kepresidenan, Burhanettin Duran, menyatakan di platform X bahwa kunjungan ini akan berfokus pada peninjauan hubungan bilateral dan eksplorasi cara untuk memperkuat kerja sama lebih lanjut.
Selain membahas perkembangan regional dan internasional, berbagai perjanjian bilateral diharapkan akan ditandatangani selama kunjungan Presiden bersama delegasi tingkat tinggi.
Presiden Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Emir Kuwait di ibu kota, Kuwait City, pada tahap pertama tur ini.
Pemberhentian kedua dalam tur Teluk ini adalah Qatar. Di Doha, Erdogan akan mengadakan pembicaraan dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pada hari Rabu.
Pertemuan ini akan membahas berbagai isu, mulai dari hubungan bilateral hingga masalah regional. Proses gencatan senjata di Gaza dan rekonstruksi wilayah tersebut akan menjadi agenda utama.
Pada hari Kamis, Erdogan akan melanjutkan perjalanan ke Oman, pemberhentian terakhir dalam kunjungan Teluk ini. Di Muscat, ia akan bertemu dengan Sultan Haitham bin Tariq untuk pembahasan bilateral. Selain kerja sama ekonomi, perkembangan regional juga akan ditinjau.
Menurut pejabat, agenda akan mencakup penguatan kerja sama dalam perdagangan, energi, pertahanan, dan teknologi baru, serta menangani masalah keamanan yang mendesak.
“Kunjungan ini bukan hanya tentang kerja sama ekonomi,” kata Profesor Oktay Tanrisever dari Universitas Teknik Timur Tengah di Ankara, yang juga seorang pakar hubungan internasional.
“Kunjungan ini juga dimaksudkan untuk menyoroti komitmen Türkiye terhadap keamanan regional, terutama setelah serangan Israel di Doha dan di tengah upaya membangun kembali Gaza dan Suriah,” tambah Tanrisever kepada TRT World.
Menyeimbangkan keamanan dan ekonomi
Tur Presiden Erdogan ini berlangsung di tengah gencatan senjata yang rapuh di Gaza dan upaya membangun kembali Suriah setelah jatuhnya rezim Assad.
Para analis menyarankan bahwa Türkiye sedang memposisikan dirinya sebagai penjamin keamanan sekaligus mitra rekonstruksi.
Associate Professor Suay Nilhan Acikalin dari Universitas Haci Bayram Veli di Ankara mengatakan kepada TRT World bahwa keberlanjutan gencatan senjata akan menjadi pusat pembahasan.
Pada saat yang sama, ia menekankan bahwa kunjungan ke Teluk ini menawarkan “platform bagi Türkiye untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, mulai dari energi hingga kecerdasan buatan.”
Pejabat di Ankara melihat diplomasi ekonomi sebagai hal yang terkait erat dengan keamanan. Negara-negara Teluk, yang banyak di antaranya sedang memperluas kapasitas pertahanan mereka, menjadi semakin penting bagi ekspor industri pertahanan Türkiye.
Tanrisever mengatakan, “Presiden Erdogan selalu memberikan perhatian besar pada hubungan dengan negara-negara Teluk, dan tur ini akan semakin memperkuat ikatan ekonomi dan keamanan.”
Meskipun Presiden Erdogan telah beberapa kali mengunjungi Kuwait dan Qatar sebelumnya, pemberhentian di Oman menandai kunjungan resmi pertamanya ke sana sebagai presiden.
Para pengamat mengatakan bahwa hal ini memiliki bobot simbolis. “Kunjungan ke Muscat ini sangat signifikan,” ujar Acikalin.
“Ini merupakan kesempatan untuk membuka babak baru dalam hubungan bilateral, sekaligus menandakan minat Türkiye terhadap kebijakan luar negeri Oman yang secara tradisional independen dan perannya sebagai mediator regional.”
Perjanjian yang diantisipasi
Sumber diplomatik mengonfirmasi bahwa serangkaian perjanjian bilateral dan multilateral diharapkan akan ditandatangani selama perjalanan ini.
Perjanjian ini akan memperluas kerja sama di bidang seperti investasi, keamanan energi, dan transformasi digital.
Dengan memasukkan bidang-bidang baru seperti kecerdasan buatan ke dalam agenda, Türkiye menunjukkan kesediaannya untuk sejalan dengan strategi modernisasi Teluk.
Acikalin menyarankan bahwa perjanjian-perjanjian ini akan mencerminkan luasnya pendekatan Türkiye. “Dari kontrak pertahanan hingga kemitraan digital, Teluk menjadi salah satu arena diplomatik Türkiye yang paling serbaguna.”
Kunjungan ini juga mengirimkan pesan kepada audiens regional dan internasional.
Dengan ibu kota-ibu kota Teluk yang semakin waspada terhadap volatilitas regional, kehadiran Presiden Erdogan menegaskan niat Ankara untuk bertindak sebagai mitra sekaligus penstabil.
“Kepedulian Türkiye terhadap keamanan negara-negara Teluk bukan hanya retorika—ini didukung oleh inisiatif konkret di bidang pertahanan, perdagangan, dan diplomasi,” tambah Tanrisever.
Para analis memperkirakan bahwa hasil dari kunjungan ini tidak hanya akan memperkuat hubungan bilateral Türkiye, tetapi juga menunjukkan pengaruhnya yang semakin besar dalam membentuk arsitektur ekonomi dan keamanan di kawasan Teluk.



















