California tengah mempertimbangkan opsi hukum setelah Presiden Donald Trump memberlakukan biaya baru sebesar 100.000 dolar AS untuk visa pekerja terampil, yang banyak digunakan oleh industri teknologi di negara bagian tersebut. Kantor Jaksa Agung Rob Bonta mengonfirmasi hal itu pada Rabu.
“Presiden Trump terus mendorong agenda anti-imigran,” kata juru bicara Bonta, Elissa Perez, dalam pernyataannya kepada Politico.
“Langkah terbaru ini akan merugikan bisnis kami dan membuat negara kita kurang kompetitif di bidang sains, teknologi, teknik, dan kedokteran — pada saat kita tidak mampu tertinggal,” tambahnya.
Bonta, yang kerap menantang kebijakan pemerintahan Trump melalui jalur hukum, mengatakan kepada Bloomberg bahwa negara bagian sedang menilai apakah biaya baru ini bisa dianggap “sewenang-wenang” atau “tidak masuk akal” menurut hukum federal.
“Mungkin memang relevan dalam kasus ini, tetapi kami masih meninjau,” ujarnya.
Gedung Putih mengumumkan biaya tersebut pada Jumat lalu, membuat perusahaan teknologi sibuk menghitung dampaknya.
Data federal menunjukkan California memimpin jumlah penerima visa H-1B, dengan Silicon Valley sangat bergantung pada insinyur dan ilmuwan kelahiran luar negeri, terutama dari India dan China, tulis Politico.
Meski pemerintah kemudian menjelaskan bahwa biaya itu hanya berlaku untuk pemohon baru, bukan pemegang visa saat ini, ketidakpastian sudah mengguncang industri.
Beberapa raksasa teknologi bahkan dilaporkan mendesak karyawannya segera kembali ke AS setelah pengumuman tersebut.
Para pengkritik, termasuk kantor Gubernur Gavin Newsom, mengecam kebijakan itu sebagai bentuk “kekacauan” yang ditujukan untuk merusak perekonomian California.
Sejumlah legislator negara bagian mengatakan startup kecil akan terkena dampak paling besar, sementara perusahaan besar seperti Amazon dan Microsoft masih bisa menanggung biayanya.
“Ini membuat visa tidak terjangkau bagi startup tahap awal yang bergantung pada talenta khusus di bidang AI, komputasi kuantum, atau teknologi lainnya,” kata Anggota DPR Sam Liccardo, dikutip Politico.
Beberapa eksekutif merasa sedikit lega setelah mengetahui biaya itu hanya dikenakan satu kali, bukan tahunan. Namun banyak yang memperingatkan langkah ini tetap bisa menghambat perekrutan.
“Amerika tidak bisa menjadi pemimpin dunia di bidang teknologi dengan menghukum para talenta terbaik dunia lewat biaya selangit,” ujar anggota Majelis Negara Bagian Matt Haney.
Tokoh industri juga terbelah. Jensen Huang dari Nvidia dan Sam Altman dari OpenAI menekankan pentingnya imigrasi, sementara Reed Hastings, salah satu pendiri Netflix, justru memberi pujian langka terhadap kebijakan tersebut.