Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Christiawan Nasir, memimpin delegasi Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri Biro Koordinasi Gerakan Non-Blok (GNB) ke-19 yang berlangsung di Kampala, Uganda, pada 15–16 Oktober 2025.
Dalam pidatonya, Wamenlu yang akrab disapa Tata menekankan pentingnya menghidupkan kembali Semangat Bandung 1955 guna memperkuat kerja sama di antara negara-negara anggota GNB agar gerakan tersebut tetap relevan menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
“Pertanyaannya bukan lagi apakah GNB masih relevan, tetapi apakah GNB memilih untuk tetap relevan,” ujar Tata, seraya menyoroti kondisi geopolitik dunia yang diwarnai ketegangan, perkembangan teknologi yang cepat, meningkatnya kesenjangan sosial, krisis iklim, dan menurunnya tingkat kepercayaan global.
Tata juga menyoroti menurunnya solidaritas GNB terhadap perjuangan Palestina.
Ia menyesalkan bahwa hanya sekitar 70 persen anggota GNB mendukung Deklarasi New York tentang Solusi Dua Negara. “Kemerdekaan Palestina dulu menjadi denyut nadi GNB, namun kini suara kolektif gerakan ini semakin memudar,” tegasnya.
Wamenlu Tata menyerukan agar GNB memperkuat solidaritas serta melakukan reformasi internal yang menghasilkan manfaat konkret bagi masyarakat.
“Kita harus menghentikan kebiasaan menghabiskan sumber daya untuk menyusun ribuan halaman dokumen yang tidak memberikan dampak langsung bagi rakyat,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya sistem multilateral yang kuat dan adil, berlandaskan Piagam PBB dan hukum internasional. Menurut Tata, GNB harus berada di garis depan dalam memperjuangkan reformasi PBB agar sistem global lebih inklusif dan berpihak pada keadilan, khususnya bagi rakyat Palestina.
Dalam penutup pidatonya, Tata mengajak negara-negara anggota GNB memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan memanfaatkan NAM Centre for South-South Technical Cooperation di Jakarta sebagai pusat pengembangan pengetahuan dan kerja sama pembangunan antarnegara berkembang.
“Kita harus menghidupkan kembali semangat kebersamaan — dari GNB untuk GNB — guna saling memberdayakan dan memperkuat kemandirian kolektif,” tutup Wamen Tata.
Pertemuan GNB di Kampala dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Uganda, Odongo Jeje Abubakhar, yang juga menjabat sebagai Ketua GNB periode 2024–2027. Dengan tema “Deepening Cooperation for Shared Global Affluence”, pertemuan tersebut dihadiri oleh puluhan perwakilan negara anggota dan menghasilkan Dokumen Final berisi prioritas strategis GNB, mencakup isu perdamaian dan keamanan, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, dan pengentasan kemiskinan.
Partisipasi Indonesia dalam forum ini menegaskan kembali komitmen terhadap semangat Konferensi Asia Afrika Bandung 1955 — semangat solidaritas, anti-kolonialisme, dan kerja sama antarnegara berkembang — serta membawa semangat Bandung ke Kampala sebagai kontribusi nyata bagi perdamaian dan pembangunan global yang berkeadilan.
