BISNIS DAN TEKNOLOGI
2 menit membaca
Arus keluar obligasi Asia capai level tertinggi, Indonesia paling tertekan
Investor asing melepas obligasi senilai miliaran dolar AS di Asia pada September, terdorong oleh kekhawatiran fiskal, politik, dan perlambatan ekonomi regional.
Arus keluar obligasi Asia capai level tertinggi, Indonesia paling tertekan
FOTO FILE: Pria berjalan melewati papan elektrik yang menampilkan indeks Nikkei dan negara lain di luar kantor pialang di Tokyo / Reuters
22 Oktober 2025

Pasar obligasi Asia mengalami tekanan signifikan pada September 2025, dengan arus keluar investor asing mencapai level tertinggi dalam tiga setengah tahun terakhir. Data dari otoritas regulasi dan asosiasi pasar obligasi menunjukkan investor asing melepas bersih obligasi regional senilai US$5,48 miliar, angka terbesar sejak Maret 2022. Pelepasan ini terjadi di pasar Indonesia, Malaysia, Thailand, India, dan Korea Selatan.

Indonesia menjadi negara paling terdampak, dengan obligasi mencatat arus keluar bersih asing sebesar US$4,6 miliar pada bulan lalu, menjadikannya arus keluar bulanan terbesar sejak setidaknya 2016. Tekanan ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran fiskal dan politik setelah gelombang protes publik terkait isu ekonomi, serta pengunduran mendadak Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Investor khawatir ketidakpastian politik dan perubahan kebijakan fiskal dapat mempengaruhi stabilitas pasar keuangan.

Malaysia juga mencatat pelepasan besar, dengan arus keluar bersih asing sebesar US$1,63 miliar, angka terbesar sejak Oktober 2024. Di sisi lain, obligasi Korea Selatan, India, dan Thailand masih mengalami arus masuk kecil, masing-masing US$563 juta, US$124 juta, dan US$60 juta, meski tekanan regional tetap terasa.

Selain faktor politik dan fiskal, perlambatan ekonomi regional menjadi pemicu lain arus keluar. Produksi industri di sebagian besar ekonomi utama Asia melemah pada September. Laju pertumbuhan di kawasan tertahan oleh pertumbuhan ekonomi AS yang lesu, efek tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap berbagai produk, serta permintaan yang tetap rendah dari China, yang selama ini menjadi motor pertumbuhan kawasan Asia.

Khoon Goh, Kepala Riset Asia di ANZ, menjelaskan, “Kelemahan permintaan domestik akan terus membatasi pertumbuhan di sebagian besar wilayah. Akibatnya, aset Asia mungkin kurang mendapat dukungan dalam jangka menengah.” Analis menambahkan, arus keluar ini menunjukkan investor semakin berhati-hati menghadapi risiko yang meningkat di pasar obligasi Asia, terutama di negara-negara yang sedang menghadapi ketidakpastian politik dan fiskal.

Para pengamat memperingatkan, tekanan terhadap obligasi regional, khususnya Indonesia dan Malaysia, kemungkinan akan berlanjut jika ketidakpastian politik dan fiskal tidak segera mereda. Hal ini bisa mempengaruhi biaya pinjaman pemerintah dan menekan nilai tukar mata uang lokal, sehingga investor asing tetap waspada terhadap risiko yang ada di pasar keuangan Asia.

TerkaitTRT Indonesia - Emas dan Bitcoin: Apakah dunia mulai meninggalkan uang konvensional?

SUMBER:Reuters