ASIA
2 menit membaca
Ribuan warga China terjebak jadi penipu online di Asia Tenggara, China lakukan penindakan besar
Otoritas China menindak jaringan scam di perbatasan Myanmar, memulangkan ribuan warganya yang dipaksa menipu, sementara para pemimpin mafia dijatuhi hukuman mati.
Ribuan warga China terjebak jadi penipu online di Asia Tenggara, China lakukan penindakan besar
Pusat Penipuan Myanmar / AP
10 November 2025

Ribuan warga China terjebak dalam jaringan penipuan online bernilai miliaran dolar di Asia Tenggara, terutama di perbatasan Myanmar. Mereka dipaksa menjadi pekerja scam di “peternakan penipuan” (scam farms) yang dijalankan oleh keluarga mafia seperti Wei, Ming, Liu, dan Bai, yang dikenal sebagai ‘godfathers’ Laukkaing.

Para korban menghadapi kekerasan ekstrem, termasuk pemukulan, sengatan listrik, hingga ancaman kematian. Banyak korban dijebak dengan tawaran pekerjaan menggiurkan, sehingga mereka tidak menyadari risiko besar yang akan mereka hadapi.

Penindakan dan hukuman berat

Sejak awal 2025, China bersama Myanmar dan Thailand telah memulangkan sekitar 3.000 tersangka dan korban dari operasi scam di kawasan perbatasan. Pengadilan China menjatuhkan hukuman mati kepada 11 anggota klan Ming yang terbukti menjalankan operasi penipuan berskala besar dan terkait kematian pekerja paksa.

Puluhan tersangka lainnya menerima hukuman penjara jangka panjang, sementara penuntutan terhadap keluarga Liu dan Wei masih berlangsung. Otoritas China menekankan bahwa operasi ini adalah peringatan tegas bagi siapa pun yang terlibat dalam kejahatan siber terhadap warga China, tanpa memandang lokasi mereka.

Terkait97 WNI kabur dari perusahaan scam online di Kamboja - TRT Indonesia - TRT Indonesia

Dampak luas dan ancaman berkelanjutan

Jaringan scam ini memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya bagi warga China, tetapi juga bagi negara-negara di Asia Tenggara. Ratusan ribu pekerja masih terjebak di pusat-pusat penipuan di Myanmar, Thailand, dan Kamboja. Banyak di antara mereka berasal dari negara lain seperti Vietnam, Ethiopia, dan Filipina, menunjukkan bahwa praktik kejahatan ini telah melampaui batas nasional dan menjadi ancaman global.

Selain itu, dampak psikologis bagi para korban sangat berat. Banyak pekerja yang dibebaskan menderita trauma akibat kekerasan fisik dan tekanan mental selama dipaksa menipu. Beberapa di antaranya mengalami cedera serius seperti patah tulang dan luka bakar akibat alat sengatan listrik, yang membutuhkan perawatan medis jangka panjang.

Para analis juga memperingatkan bahwa meskipun operasi penegakan hukum berhasil menurunkan tingkat penipuan online di China, sindikat kriminal kemungkinan akan mengalihkan target mereka ke negara lain dengan regulasi yang lebih longgar. Hal ini menegaskan perlunya kerja sama internasional yang lebih erat untuk memberantas kejahatan siber lintas negara, termasuk perdagangan manusia dan pemerasan online.

Otoritas China menegaskan bahwa tindakan keras ini tidak hanya untuk menegakkan hukum domestik, tetapi juga sebagai pesan global: siapa pun yang melakukan kejahatan terhadap warga China akan menghadapi hukuman berat, di mana pun mereka berada. Pemberantasan sindikat ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mencegah praktik penipuan serupa berkembang di masa depan.

TerkaitTRT Indonesia - Militer Myanmar tutup 150 pusat penipuan online usai penggerebekan besar-besaran
SUMBER:TRT Indonesia & Agensi