Indonesia dan Brasil sepakat memperkuat hubungan ekonomi dan strategis melalui kemitraan baru senilai Rp83 triliun, yang ditandai dengan penandatanganan sejumlah kesepakatan penting di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10).
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan komitmen kedua negara untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, mulai dari perdagangan, energi terbarukan, pertahanan, hingga riset dan inovasi teknologi.
Menurut keterangan resmi, kedua pihak menandatangani delapan nota kesepahaman (MoU), termasuk antara PLN dan perusahaan swasta asal Brasil di bidang pengembangan energi hijau, serta kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Kementerian Sains dan Teknologi Brasil.
Nilai kerja sama tersebut diperkirakan mencapai lebih dari US$5 miliar, atau sekitar 20 persen dari total investasi asing langsung di Indonesia. “Kerja sama ini menjadi langkah besar dalam memperkuat posisi kita sebagai dua kekuatan ekonomi yang sedang tumbuh di selatan dunia,” ujar Presiden Prabowo dalam pernyataannya.
Selain sektor ekonomi, kedua negara juga berkomitmen mempercepat ratifikasi perjanjian pertahanan yang telah disepakati sebelumnya. Indonesia, yang selama ini telah menggunakan sejumlah produk industri pertahanan Brasil, berharap kerja sama tersebut dapat meningkatkan kapasitas teknologi militer nasional.
Presiden Lula menyambut baik kesepakatan ini dan menilai hubungan kedua negara memiliki potensi besar untuk tumbuh pesat. “Brasil dan Indonesia memiliki visi yang sama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan serta memperluas kerja sama di bidang perdagangan dan ilmu pengetahuan,” kata Lula.
Kedua pemimpin juga sepakat melanjutkan pembahasan menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA), yang diharapkan memperkuat posisi Indonesia dan Brasil di forum ekonomi global seperti BRICS dan G20.
Di sisi lain, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia mendukung kepemimpinan Brasil dalam Konferensi Perubahan Iklim COP30, serta menyampaikan kesamaan pandangan kedua negara dalam upaya menciptakan perdamaian dunia, termasuk pada isu Palestina dan Ukraina.








