Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menetapkan 205 desa di Kabupaten Banjarnegara sebagai zona merah bencana hidrometeorologi, dengan ancaman utama berupa tanah longsor, banjir, dan angin kencang. Dari jumlah tersebut, 199 desa tercatat memiliki risiko longsor dan pergerakan tanah yang tinggi.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jawa Tengah, Muhamad Chomsul, mengatakan kondisi geografis Banjarnegara menjadi faktor utama kerawanan tersebut.
“Sekitar 70 persen wilayah Banjarnegara adalah kawasan rawan longsor. Kontur tanahnya berbukit dan ketinggiannya cukup signifikan,” ujarnya kepada kantor media nasional RRI.
Kondisi topografi ini membuat banyak desa berada di area perbukitan dan lereng yang rentan terhadap pergerakan tanah saat hujan deras turun, terutama pada musim pancaroba dengan cuaca tidak menentu.
Mitigasi bencana
Pemerintah daerah bersama masyarakat telah melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk pemetaan wilayah rawan, pembentukan tim siaga lokal, dan pemasangan Sistem Peringatan Dini.
Program Desa Tangguh Bencana (Destana) juga terus diperluas untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat. Hingga saat ini, lebih dari 110 Destana telah terbentuk di berbagai kecamatan.
Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aji Piluroso menambahkan, dari 278 desa dan kelurahan di wilayahnya, sebanyak 205 desa masuk dalam kategori risiko tinggi bencana.
“Kami mengimbau masyarakat untuk mengenali kondisi lingkungan masing-masing, terutama di wilayah rawan longsor. Penguatan lereng atau penahan tanah perlu dilakukan sebagai langkah antisipatif,” ujarnya.
BPBD tingkatkan kesiapsiagaan
Dengan musim hujan yang diperkirakan datang lebih awal disertai curah hujan tinggi, BPBD Banjarnegara meningkatkan kewaspadaan di wilayah perbukitan. Sejak awal musim, tercatat sudah ada delapan titik longsor berskala kecil, meski belum menimbulkan kerusakan signifikan.
Sebagai bagian dari langkah antisipasi, BPBD memasang alat deteksi dini gerakan tanah “Elwasi” (Eling Waspada Siaga) di lebih dari 20 titik rawan. Alat ini terbukti membantu memberi peringatan dini kepada warga. Meski demikian, Aji mengakui masih ada kejadian longsor di luar area pantauan Elwasi, terutama di sekitar jalur jalan dan permukiman.
Menghadapi masa pancaroba, BPBD mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca ekstrem, termasuk hujan deras disertai angin, hujan petir, dan potensi banjir bandang.
Banjarnegara menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kerentanan bencana tertinggi di Jawa Tengah. Peningkatan kewaspadaan masyarakat, sistem peringatan dini, serta kesiapsiagaan berbasis komunitas menjadi kunci untuk menekan dampak bencana hidrometeorologi selama musim hujan.
