ASIA
2 menit membaca
Washington bela Filipina usai insiden di Laut China Selatan, Beijing tolak tuduhan dan provokasi AS
Amerika Serikat menyatakan dukungan penuh kepada Filipina setelah insiden penembakan meriam air oleh aparat China terhadap kapal nelayan Filipina di Laut China Selatan. Sementara Beijing menolak klaim fakta AS tersebut.
Washington bela Filipina usai insiden di Laut China Selatan, Beijing tolak tuduhan dan provokasi AS
Penjaga Pantai Filipina (PCG) merawat nelayan yang terluka di dalam kapal di Laut Cina Selatan yang disengketakan pada 13 Desember 2025. (PCG via AP)
17 Desember 2025

Amerika Serikat telah menyatakan dukungan penuh kepada Filipina setelah aparat kemaritiman China menembakkan meriam air ke arah kapal-kapal penangkap ikan Filipina di Laut China Selatan pada Minggu, 14 Desember 2025. 

Washington menegaskan berdiri bersama Manila dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai tindakan provokatif dan semakin berbahaya yang berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.

“Kami berdiri bersama sekutu kami, Filipina, saat mereka menghadapi tindakan provokatif China yang merusak stabilitas regional,” kata Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott dalam sebuah pernyataan resmi.

Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat mengutuk penggunaan meriam air serta tindakan pemotongan tali jangkar kapal nelayan Filipina yang dinilai membahayakan keselamatan nelayan (warga sipil).

Penjaga Pantai Filipina (PCG) menyebut insiden terjadi di Karang Escoda, juga dikenal sebagai Karang Sabina, ketika kapal-kapal nelayan Filipina beroperasi secara sah. Menurut PCG, tiga nelayan terluka dan dua kapal mengalami kerusakan akibat “ledakan meriam air bertekanan tinggi” yang ditembakkan oleh Penjaga Pantai China.

Menyusul kejadian itu, Filipina mengerahkan kapal-kapal respons multiperan ke wilayah yang oleh Manila disebut sebagai Laut Filipina Barat, bagian dari zona ekonomi eksklusifnya.

Sebaliknya, Penjaga Pantai China menuding kapal-kapal Filipina melakukan tindakan provokatif di dekat atol yang diklaim Beijing sebagai Xianbin Jiao. Pihak China menyatakan telah mengambil langkah-langkah pengendalian setelah peringatan mereka diabaikan.

TerkaitTRT Indonesia - Empat negara kecam tindakan destabilisasi China di Laut Cina Selatan

Respons China

Menanggapi kecaman dan dukungan AS terhadap Filipina, China menegaskan kembali klaim kedaulatannya atas wilayah yang disengketakan. 

Juru bicara Penjaga Pantai China, Liu Dejun, mengatakan bahwa tindakan aparat China telah dilakukan sesuai hukum dan peraturan yang berlaku.

Ia menambahkan bahwa China memiliki “kedaulatan yang tak terbantahkan” atas Nansha Qundao, yang secara luas dikenal sebagai Kepulauan Spratly, termasuk Xianbin Jiao tempat insiden meriam air terjadi dan perairan sekitarnya. 

Kedutaan besar China di AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mengecam campur tangan AS dalam isu Laut China Selatan.

“AS bukanlah pihak dalam isu Laut China Selatan dan tidak berhak untuk ikut campur dalam masalah maritim antara pihak-pihak yang bersangkutan. AS perlu berhenti membuat pernyataan yang memutarbalikkan fakta dan provokatif, serta berhenti membantu dan mendukung upaya Filipina untuk menciptakan masalah di Laut China Selatan.” ujar pernyataan tersebut.

Beijing menegaskan akan terus melaksanakan operasi penegakan hukum dan perlindungan hak maritim untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan nasionalnya di Laut China Selatan.

TerkaitTRT Indonesia - China mengusir kapal perang AS dari perairan Laut China Selatan yang disengketakan
SUMBER:TRT Indonesia & Agensi