Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan 'menelepon' untuk menghentikan bentrokan perbatasan yang kembali terjadi antara Thailand dan Kamboja.
“Saya benci mengatakan ini, dinamai Kamboja-Thailand, dan ini dimulai hari ini, dan besok saya harus melakukan panggilan telepon. Siapa lagi yang bisa mengatakan saya akan menelepon dan menghentikan perang antara dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja,” kata Trump dalam sebuah rapat umum di Pennsylvania.
Lebih dari 500.000 orang telah mengungsi di kedua negara sejak bentrokan dimulai lagi awal pekan ini.
Permusuhan yang kembali pecah itu mengganggu kesepakatan damai yang ditandatangani di hadapan Trump di Kuala Lumpur pada bulan Oktober.
Bentrok fatal meletus di sepanjang perbatasan pada hari Senin, dengan masing-masing pemerintah saling menuduh melanggar gencatan senjata Juli.
Kamboja melaporkan sembilan warga sipil tewas dan 46 terluka sejak hari Senin, sementara Thailand mengatakan empat tentaranya tewas dan 68 luka-luka.
Presiden Senat Kamboja Hun Sen mengatakan, 'Kamboja ingin damai, tetapi Kamboja dipaksa untuk melawan guna membela wilayahnya.' Ia menambahkan bahwa pasukan Kamboja menahan diri pada hari Senin tetapi membalas pada malam hari.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan pada hari Selasa bahwa Kamboja tidak menghubungi Bangkok untuk berunding. 'Kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan,' ujarnya, seraya mencatat bahwa operasi militer akan terus berlanjut sesuai rencana.
Ketegangan meningkat sejak November, ketika seorang tentara Thailand terluka oleh ranjau darat yang oleh Bangkok dituduh dipasang oleh pasukan Kamboja, tuduhan yang ditolak Phnom Penh.
Sengketa antara Thailand dan Kamboja berpusat pada perselisihan berusia seabad mengenai batas yang dipetakan selama masa kolonial Prancis di kawasan itu, dengan kedua pihak mengklaim sejumlah candi perbatasan.












