Indonesia telah menetapkan arah baru dalam kerja sama infrastruktur dengan China, dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan bahwa setiap kolaborasi internasional harus sejalan dengan prioritas pembangunan nasional.
Menteri PU, Dody Hanggodo, menyatakan bahwa fokus utama kini adalah memperkuat ketahanan air, pangan, dan energi sesuai kerangka Asta Cita serta PU608.
Berbicara kepada media di Jakarta pada Selasa, 9 Desember 2025, Dody menekankan bahwa hubungan Indonesia–China telah teruji selama 75 tahun hubungan diplomatik dan kini memasuki fase yang lebih strategis. Fondasi kerja sama yang panjang itu, katanya, memungkinkan kedua negara mendorong pembangunan bersama yang lebih terarah dan relevan bagi kebutuhan nasional.
“Kedua negara secara konsisten bekerja sama. Fondasi itulah yang memungkinkan pembangunan bersama terus berkembang,” ujar Dody dikutip dari Antara.
Menteri Dody menjelaskan bahwa arah pembangunan Indonesia telah tertuang dalam RPJMN 2025–2029, yang menetapkan tiga pilar utama—air, pangan, dan energi—sebagai basis pertumbuhan jangka menengah.
Ia menegaskan bahwa Kementerian PU memegang mandat sentral untuk menerjemahkan pilar-pilar tersebut ke dalam proyek infrastruktur yang terukur dan tepat sasaran.
Menyoroti pentingnya sinkronisasi dengan mitra internasional, ia menyebut bahwa semua bentuk kerja sama harus berfungsi sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional, bukan sekadar proyek konstruksi.
Dalam kesempatan yang sama, Dody mengumumkan tiga proyek Government-to-Government (G2G) yang telah diseleksi ketat dan siap memasuki tahap pembahasan pembiayaan: Bendungan Serbaguna Riam Kiwa, Bendungan Serbaguna Pelosika, serta pembangunan Jalan Perbatasan Kalimantan.
Menurutnya, ketiga proyek tersebut sudah melalui serangkaian kajian komprehensif dan berada pada level “financing-ready”.
“Kita tidak lagi berbicara mengenai rencana, tetapi pelaksanaan. Proyek-proyek ini akan menjadi jangkar bagi ketahanan air, irigasi, dan konektivitas nasional,” ujarnya.













