BISNIS DAN TEKNOLOGI
3 menit membaca
Pemerintah Indonesia buka kembali tambang nikel di Raja Ampat
Meskipun mendapat penolakan keras dari pegiat lingkungan, pemerintah izinkan perusahaan tambang melanjutkan operasi di salah satu destinasi penyelaman terbaik dunia.
Pemerintah Indonesia buka kembali tambang nikel di Raja Ampat
Sebuah truk mengangkut tanah berisi bijih nikel dari sebuah tambang ke pelabuhan di Pulau Halmahera di Indonesia bagian timur. / Reuters
15 September 2025

Pemerintah Indonesia mengizinkan sebuah perusahaan tambang nikel untuk melanjutkan operasinya di sebuah kepulauan di timur Indonesia. Keputusan ini menuai kecaman dari banyak pihak karena dikhawatirkan dapat merusak keindahan alam di wilayah tersebut, kata seorang menteri pada hari Minggu.

Gugusan pulau dan karang di Provinsi Papua Barat Daya ini berada di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) dan dianggap sebagai salah satu terumbu karang paling murni di dunia. Keindahan airnya yang jernih juga menjadikan kawasan ini, khususnya di Raja Ampat, sebagai salah satu destinasi penyelaman terpopuler di dunia.

PT Gag Nikel, anak perusahaan dari BUMN tambang Aneka Tambang (Antam), telah kembali beroperasi di pulau kecil Gag di Raja Ampat sejak 3 September, setelah pemerintah mencabut penangguhan izinnya. Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kepada para wartawan.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan bahwa Gag Nikel telah menerima peringkat "hijau" dari pemerintah, yang berarti perusahaan tersebut telah mematuhi standar lingkungan yang dinilai setiap tahun oleh kementerian.

"Kami sekali lagi telah meninjau semua data terkait operasi penambangan di Gag Nikel... Audit lingkungan telah dilakukan untuk memastikan bahwa dampak yang disebabkan oleh Gag Nikel dapat dimitigasi dengan baik," kata Hanif kepada para wartawan di Bali pada hari Minggu.

Hanif menambahkan bahwa kementerian akan terus memantau dan mengawasi operasi Gag Nikel. "Tentu saja... akan selalu ada kekhawatiran. Itulah sebabnya kami harus menyeimbangkan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan," ujarnya, dikutip oleh AFP.

Pada Juni 2025 lalu, pemerintah Indonesia telah mencabut izin untuk empat dari lima perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Raja Ampat, menyusul desakan dari para aktivis dan warga setempat. Awalnya, Gag Nikel dikecualikan, namun pemerintah kemudian menangguhkan operasinya dengan alasan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai potensi kerusakan lingkungan.

Ancaman lingkungan dan kerusakan yang tak terpulihkan

Menanggapi keputusan ini, Greenpeace Indonesia menyatakan bahwa pembukaan kembali operasi tambang dapat membahayakan ekosistem laut di Raja Ampat, yang merupakan rumah bagi 75% spesies karang keras yang dikenal di dunia.

Greenpeace juga menyebutkan bahwa eksploitasi nikel di pulau-pulau Gag, Kawe, dan Manuran telah menyebabkan kerusakan lebih dari 500 hektar hutan dan vegetasi.

"Dampak lingkungan akan tidak dapat dipulihkan, berpotensi menyebabkan pulau tenggelam karena krisis iklim yang meningkat. Pada akhirnya, kita berisiko kehilangan pulau itu sendiri," kata Arie Rompas, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, kepada AFP.

Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan merupakan produsen logam terbesar yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan baja nirkarat. Larangan ekspor nikel pada 2020 telah memicu ledakan industri dalam negeri, dan nikel kini menjadi salah satu strategi pertumbuhan ekonomi utama Indonesia.

SUMBER:TRT Indonesia & Agensi