IKLIM
3 menit membaca
Bantuan dikebut untuk korban banjir Asia, korban tewas hampir 1.200
Kelompok bantuan mengatakan mereka tengah berupaya mengirim suplai ke wilayah terdampak, memperingatkan bahwa pasar lokal mulai kehabisan kebutuhan pokok dan harga melonjak hingga tiga kali lipat.
Bantuan dikebut untuk korban banjir Asia, korban tewas hampir 1.200
Hujan deras dan dua siklon tropis pekan lalu memicu curah hujan tinggi di Sri Lanka dan Asia Tenggara. / AP
10 jam yang lalu

Pemerintah dan organisasi kemanusiaan di Indonesia dan Sri Lanka bergerak cepat pada Selasa untuk menyalurkan bantuan bagi ratusan ribu warga yang terjebak banjir mematikan yang telah menewaskan sekitar 1.200 orang di empat negara.

Hujan deras sepanjang musim monsun, ditambah dua siklon tropis berbeda, pekan lalu mengguyur seluruh Sri Lanka serta sebagian Sumatera di Indonesia, Thailand selatan, dan Malaysia utara.

Perubahan iklim memicu curah hujan yang semakin ekstrem karena atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak uap air, sementara lautan yang memanas dapat memperkuat badai.

Air bah kini sebagian besar telah surut, tetapi kerusakan besar membuat ratusan ribu orang tinggal di pengungsian dan kesulitan memperoleh air bersih dan makanan.

Di Aceh, salah satu wilayah paling terdampak di Indonesia, warga mengatakan kepada AFP bahwa para penyintas yang mampu mulai menimbun kebutuhan.

"Akses jalan sebagian besar terputus di wilayah yang terkena banjir," kata Erna Mardhiah, 29 tahun, saat ia mengantre panjang di sebuah SPBU di Banda Aceh.

"Orang-orang khawatir kehabisan bahan bakar," tambahnya setelah menunggu hampir dua jam.

Tekanan itu mendorong harga-harga meroket tajam.

Pada Senin, pemerintah Indonesia mengumumkan akan mengirim 34.000 ton beras dan 6,8 juta liter minyak goreng ke tiga provinsi paling terdampak: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

"Komunitas di seluruh Aceh menghadapi risiko tinggi kekurangan pangan dan kelaparan jika jalur pasokan tidak pulih dalam tujuh hari ke depan," kata lembaga kemanusiaan Islamic Relief.

Badai terpisah membawa hujan lebat di seluruh Sri Lanka, memicu banjir bandang dan longsor yang menewaskan sedikitnya 390 orang.

Sebanyak 352 warga lainnya masih hilang, dan beberapa wilayah paling terdampak di bagian tengah negara itu masih sulit dijangkau.

Presiden Anura Kumara Dissanayake telah menetapkan status darurat untuk menangani apa yang ia sebut sebagai "bencana alam paling menantang dalam sejarah kami".

Berbeda dengan Indonesia, ia menyerukan bantuan internasional.

Angkatan udara Sri Lanka, dengan dukungan India dan Pakistan, mengevakuasi warga yang terjebak serta menyalurkan makanan dan bantuan lainnya.

Di wilayah pegunungan Welimada, aparat keamanan pada Senin menemukan jenazah 11 warga yang tertimbun longsor, kata seorang pejabat setempat.

Sementara itu di ibu kota Kolombo, air banjir perlahan surut pada Selasa.

Kecepatan air bah naik di sekitar kota mengejutkan warga yang terbiasa menghadapi banjir musiman.

"Setiap tahun kami mengalami banjir kecil, tapi ini berbeda," kata Dinusha Sanjaya, seorang pengantar barang, kepada AFP.

"Ini bukan hanya soal banyaknya air, tapi betapa cepat semuanya terendam."

Hujan mulai mereda di seluruh negeri, tetapi peringatan longsor masih berlaku di sebagian besar wilayah tengah yang paling terdampak, kata para pejabat.

SUMBER:AFP