Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika pada perdagangan hari Selasa, didorong oleh optimisme atas kemajuan pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ekspektasi pasar terhadap kebijakan pelonggaran suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Rupiah ditutup naik 13 poin atau 0,08 persen, menjadi Rp16.608 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.621 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menguat ke Rp16.622 per dolar AS, dari Rp16.628 pada hari sebelumnya.
Kementerian Luar Negeri China menyampaikan bahwa kerangka kesepakatan perdagangan dengan AS masih membutuhkan persetujuan internal dari kedua belah pihak sebelum diberlakukan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengonfirmasi bahwa Washington dan Beijing telah mencapai kesepakatan awal perdagangan, hanya beberapa hari sebelum Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan.
Selain itu, kedua negara juga akan melanjutkan perundingan dagang lanjutan di Kuala Lumpur pada 25–26 Oktober 2026, yang akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Dorong penguatan Rupiah
Menurut analis pasar keuangan, sentimen positif terhadap rupiah turut dipicu oleh meningkatnya keyakinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan (Fed Funds Rate) setidaknya 25 basis poin (bps).
Meski demikian, pada Rabu, rupiah melemah tipis menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar malam ini. Pelemahan ini terjadi seiring reaksi pasar terhadap data inflasi dan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan pelemahan di bawah ekspektasi.
Mengutip laporan Anadolu, inflasi yang lebih rendah dan pelemahan pasar tenaga kerja AS meningkatkan kemungkinan The Fed akan melanjutkan tren penurunan suku bunga hingga tahun 2026.
Data inflasi AS untuk September 2025 mencatat kenaikan 0,3 persen, lebih rendah dari perkiraan 0,4 persen. Inflasi tahunan juga naik 0,3 persen, di bawah proyeksi 4,1 persen. Sementara itu, inflasi inti hanya meningkat 0,2 persen, turun menjadi 3 persen secara tahunan dari perkiraan 3,1 persen.
Kondisi pasar tenaga kerja juga menunjukkan perlambatan. Non farm payrolls Agustus 2025 hanya bertambah 22.000, jauh di bawah perkiraan, sementara pekerjaan sektor swasta turun 32.000 pada September. Tingkat pengangguran naik dari 4,2 persen menjadi 4,3 persen, menandakan tekanan di pasar tenaga kerja.
Pada awal perdagangan Rabu di Jakarta, rupiah dibuka melemah 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp16.613 per dolar AS, dari Rp16.608 per dolar AS pada penutupan sebelumnya.
Rupiah berpotensi kembali menguat apabila The Fed benar-benar menurunkan suku bunga acuan sesuai ekspektasi pasar.
















