Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 22–23 Oktober 2025, seiring meningkatnya kehati-hatian otoritas moneter terhadap stabilitas nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter BI saat ini berada pada fase menjaga keseimbangan antara dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan perlindungan stabilitas makro.
Sejak pemangkasan suku bunga terakhir pada September 2025, suku bunga acuan atau BI-Rate berada di posisi 4,75 persen, sementara Deposit Facility di 4,00 persen dan Lending Facility di 5,50 persen. Pelaku pasar memperkirakan BI masih akan memprioritaskan stabilitas rupiah di tengah risiko arus keluar modal asing (capital outflow).
Sentimen eksternal masih mendominasi dinamika pasar keuangan, terutama kebijakan suku bunga Amerika Serikat. Potensi penurunan Federal Funds Rate (FFR) pada November mendatang dinilai dapat memberi ruang bagi BI melanjutkan pelonggaran moneter tanpa memicu volatilitas tajam pada rupiah.
Ekspektasi pasar global
Menurut survei yang dilakukan Reuters terhadap 28 ekonom internasional, mayoritas responden memperkirakan BI akan menahan suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini. Namun 7 analis dalam jajak pendapat tersebut masih memperkirakan pemangkasan lanjutan sebesar 25 basis poin ke 4,50 persen jika BI memutuskan fokus pada pertumbuhan ekonomi ketimbang stabilitas rupiah.
Sejumlah analis yang disurvei Reuters juga mencatat tanda-tanda perlambatan permintaan domestik, terlihat dari menurunnya penjualan kendaraan, pelemahan keyakinan konsumen, serta melambatnya ekspor.
Meski demikian, inflasi tetap terkendali pada 2,65 persen, berada di dalam target BI sebesar 1,5 persen–3,5 persen.
Sejumlah ekonom memperkirakan BI masih menyisakan ruang pelonggaran moneter satu kali lagi hingga akhir 2025, dengan target akhir tahun BI-Rate di level 4,25 persen selama nilai tukar tetap terkelola dan arus modal asing tidak mengalami tekanan berlebihan.
Sementara itu, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh sekitar 5 persen pada 2025–2026, lebih rendah dari target 8 persen yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto, namun sejalan dengan tren pertumbuhan rata-rata lima tahun terakhir.













