Nilai tukar rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (14/10), seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China serta sinyal dovish dari The Fed.
Pada pukul 09.00 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp16.563 per dolar AS, menguat 10 poin atau 0,06 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.573 per dolar AS.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah. "Retorika Presiden Trump yang lebih lembut dan rencana pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir Oktober dapat meredakan ketegangan dan meningkatkan sentimen positif di pasar," ujar Lukman.
Selain itu, prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga turut mendukung penguatan rupiah. Gubernur The Fed Philadelphia, Anna Paulson, mengindikasikan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir tahun ini untuk mendukung pasar tenaga kerja dan menjaga stabilitas ekonomi. Paulson menyebutkan bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja menjadi perhatian utama, dan dampak inflasi dari tarif impor tidak sebesar yang dikhawatirkan sebelumnya.
Namun, meskipun ada sinyal positif dari pasar, Lukman mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih dapat mempengaruhi pergerakan rupiah. "Investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan selanjutnya, terutama terkait kebijakan moneter AS dan dinamika perdagangan global," tambahnya.
Dengan meredanya ketegangan perdagangan dan dukungan dari kebijakan moneter AS, rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya dalam beberapa hari ke depan.
