Pemerintah Indonesia menargetkan pencapaian 80 persen kemandirian energi nasional pada tahun 2029, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ketahanan energi dalam enam tahun ke depan. Target ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Jakarta, pada Selasa.
“Kami berupaya meningkatkan lifting minyak dan gas serta mengoptimalkan seluruh sumber energi yang dimiliki negara kami. Pada 2029–2030, kami dapat mewujudkan setidaknya 80 persen kemandirian energi,” ujar Bahlil dikutip oleh Antara News.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menyiapkan strategi komprehensif yang mencakup peningkatan produksi minyak dan gas, pemanfaatan sumber daya energi domestik, serta ekspansi energi terbarukan.
Salah satu langkah konkret adalah rencana pembangunan pembangkit tenaga surya berkapasitas 80–100 gigawatt (GW) oleh PT PLN (Persero). Proyek ini akan didukung oleh investasi asing melalui skema kerja sama strategis.
Transisi energi
Selain itu, Indonesia akan memperluas pemanfaatan biodiesel dan etanol sebagai bagian dari transisi menuju kemandirian energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pemerintah telah menetapkan mandatori penggunaan biodiesel B40 merupakan campuran 40 persen bahan bakar nabati dengan 60 persen diesel fosil untuk menekan impor solar dan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. Persentase campuran tersebut direncanakan meningkat menjadi 45–50 persen pada tahun 2026.
Di sisi lain, Bahlil mengungkapkan bahwa pemerintah juga akan meninjau penerapan E10, yakni campuran 10 persen etanol dalam bensin, untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperluas penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.

Listrik untuk semua desa pada 2029
Selain menargetkan kemandirian energi, pemerintah juga berkomitmen untuk memperluas akses energi ke seluruh wilayah Indonesia. Bahlil mengungkapkan bahwa masih terdapat 4.400 dusun yang belum teraliri listrik, dan pemerintah menargetkan pada 2029 semua desa dan dusun telah memiliki akses listrik.
Saat ini, konsumsi BBM nasional mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sementara produksi domestik hanya sekitar 600 ribu barel. Kondisi ini memaksa Indonesia untuk mengimpor 1 juta barel minyak per hari, sehingga meningkatkan tekanan terhadap neraca energi.
Bahlil menjelaskan bahwa program B40 dan B50 ditujukan untuk menekan impor solar secara bertahap hingga nol pada tahun 2025, dengan memanfaatkan minyak nabati (CPO) yang dicampur metanol untuk menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME).
Untuk bensin, sekitar 60 persen konsumsi nasional masih berasal dari impor. Pemerintah mendorong penerapan E10 sebagai bagian dari strategi menekan ketergantungan tersebut.
